Renponsif 3

Sunday, December 24, 2017

Berikut Alasan Penting Kenapa Kita Wajib Bersyukur Kepada Allah


Senantiasa bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmat, walau cobaan datang dan rintangan menghadang, itulah sifat para Nabi dan Rasul. Sebagai manusia sudah sepantasnya kita meneladani sifat tersebut.
Allah SWT memerintahkan agar kita semua bersyukur kepada-Nya. Perintah ini tak berarti bahwa Allah membutuhkan ungkapan syukur dari manusia.
Syukur kepada Allah SWT merupakan inti ibadah, pokok kebaikan, dan merupakan hal yang paling wajib atas manusia.
Sebagai manusia, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala. Yakni berterimakasih atas segala nikmat yang sudah diberikan-Nya.
Pengertian, Hakikat dan Cara Bersyukur Kepada Allah SWT
Dalam kehidupan kita sehari-hari, ada dua hal berbeda yang silih berganti yaitu kesenangan dan kesbisnisn. Menurut sedikit orang, kalau hidup itu indah sebab adanya perbedaan tersebut.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah : 5-6)
Maka ketika kita dalam masa-masa sulit, selalu ingatlah kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS Al Baqarah : 152)
Nikmat-nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia merupakan pemberian yang terus menerus dan bermacam-macam bentuknya, baik lahir inginpun batin.
Namun, manusia saja yang kurang pandai dalam memelihara nikmat, sesampai kemudian ia merasa seakan-akan belum pernah diberikan sesuatu apapun oleh Allah SWT.
Mengapa orang terkadang merasa tak mendapatkan sesuatu apapun dari Allah? Jawabannya merupakan sebab dia tak pernah bersyukur atas apa-apa yang ada padanya.
Pengertian Bersyukur
Bersyukur merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk berterima kasih atas segala limpahan nikmat yang telah Allah SWT berikan.
Maka selalu bersyukur apabila kita diberi suatu nikmat Allah SWT, tak memandang nikmat itu kaya atau sedikit. Karena orang yang selalu bersyukur niscaya Allah SWT akan menambah kenikmatan tersebut.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ibrahim : 7 yang artinya:
“Barang siapa yang bersyukur atas nikmatku kata Allah, niscaya aku akan menambah nikmat itu. Akan tenamun barang siapa yang kufur atas nikmat Ku kata Allah, maka azab ku sangatlah pedih.”
Hakikat Bersyukur
Rasa syukur yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama dan barang siapa yang dapat merealisasikannya, maka dia merupakan seseorang yang bersyukur dengan benar. Lima pondasi tersebut merupakan:
a. Merendahnya orang yang bersyukur di hadapan yang dia syukuri (Allah SWT)
b. Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah SWT)
c. Mengakui seluruh kenikmatan yang Dia berikan
d. Senantiasa memuji-Nya atas segala nikmat tersebut
e. Tidak menggunakan nikmat tersebut untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT
Dengan demikian, syukur merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak henti-henti menyebut nama-Nya.
Kenalilah Nikmat Allah
Dalam bersyukur ada sesuatu yang penting yaitu mengenali nikmat Allah. Sesungguhnya mengetahui dan mengenal nikmat, merupakan di antara rukun terbesar dalam bersyukur.
Karena tak cukup seseorang dapat bersyukur, apabila dia merasa tak mendapatkan nikmat. Maka mengenal nikmat merupakan jalan untuk mengenal Sang Pemberi Nikmat, dan kalau seseorang tahu siapa yang memberikan nikmat, maka dia akan mencintainya, sesampai kemudian cinta itu akan melahirkan kesyukuran dan terima kasih.
Nikmat Allah taklah terbatas pada makanan dan minuman belaka, namun seluruh gerak dan desah nafas kita merupakan nikmat yang tak tersampai kemudian yang tak kita ketahui nilainya.
Abu Darda’ mengatakan,
“Barang siapa yang tak mengetahui nikmat Allah selain makan dan minumnya, maka berarti pengetahuannya picik dan azabnya telah menimpa.”
Maka dikatakan, bahwa syukur yang bersifat umum merupakan syukur terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan dan kekuatan. Dan syukur yang bersifat khusus merupakan syukur atas tauhid, keimanan dan kekuatan hati.
Pokok-pokok Nikmat
Nikmat Allah amatlah kaya, tak tersampai kemudian dan tak berbilang, namun ada di antaranya yang sangat besar dan pokok yang perlu untuk kita ketahui, yaitu:
1. Nikmat Islam dan Iman
Demi Allah, inilah nikmat yang terbesar, di mana Allah menjadikan kita sebagai muslim yang bertauhid, bukan Yahudi yang dimurkai dan Nashara yang tersesat, yang mengatakan Allah mempunyai anak, yakni Uzair Ibnullah dan Isa Ibnullah, Maha Suci Allah dari sifat yang tak layak ini.
Ibnu Uyainah (Sufyan) berkata, “Tidak ada satu nikmat pun dari Allah untuk hamba-Nya yang lebih utama, daripada diajarkannya kalimat la ilaha illAllah.”
2. Penangguhan dan Tutup Dosa
Ini juga merupakan nikmat yang sangat besar, sebab apabila setiap kita melakukan dosa lalu Allah langsung membalasnya, maka tentu seluruh alam ini telah binasa.
Akan tenamun Allah memberikan hari ini dan penangguhan kepada kita untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah SWT berfirman,
“Dan (Dia) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” (QS Luqman : 20)
Berkata Muqatil, “Adapun (nikmat) yang lahir (nampak) merupakan Islam, lagikan yang batin merupakan tutup dari Allah atas kemaksiatan sobat semua.”
3. Nikmat Peringatan
Peringatan merupakan termasuk nikmat yang besar, dan ini merupakan salah satu ketelitian Allah agar hamba-Nya tak terlena.
Tanpa kita duga terkadang ada seseorang yang datang meminta makan atau sesuatu kepada kita, yang dengan perantaraan orang yang lagi kesbisnisn tersebut akan menciptakan kita ingat terhadap nikmat yang diberikan Allah.
4. Terbukanya Pintu Taubat
Merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah merupakan terbukanya pintu taubat, sekaya apa pun dosa dan kemaksiatan seorang hamba.
Selagi nafas belum sampai tenggorokan dan selagi matahari belum terbit dari barat, maka pintu taubat selalu terbentang untuk dimasuki oleh siapa saja.
5. Menjadi Orang Terpilih
Nikmat ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang beristiqamah, wara’, dan selalu menghadapkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala serta tak menoleh kepada yang lain.
Maka Allah menguatkan hatinya ketika fitnah tersebar di sana-sini, meneguhkannya di atas ketaatan ketika orang berpaling darinya.
Allah hiasi hatinya dengan iman dan dijadikan cinta kepadanya, lalu dia benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan. Ini termasuk nikmat paling besar yang harus disyukuri dengan sepenuhnya dan dengan sanjungan sekaya kayanya.
6. Kesehatan, Kesejahteraan dan Keselamatan Anggota Badan
Kesehatan, sebagaimana dikata-kan Abu Darda’ Radhiallaahu anhu merupakan ibarat raja. Sementara itu Salman al Farisi mengisahkan tentang seorang yang diberi harta melimpah lalu kenikmatan tersebut dicabut, sesampai kemudian dia jatuh miskin, namun orang tersebut justru memuji Allah dan menyanjung-Nya.
Maka ada orang kaya lain yang bertanya, “Aku tak tahu, atas apa engkau memuji Allah? Dia menjawab, “Aku memuji-Nya atas sesuatu yang andaikan aku diberi seluruh yang diberikan kepada manusia, maka aku tak ingin menukarnya. Si kaya bertanya, “Apa itu? Dia menjawab, “Apakah engkau tak memperhatikan penglihatanmu, lisanmu, kedua tangan dan kakimu (kesehatannya)?
7. Nikmat Harta (Makan, Minum dan Pakaian)
Bakar al Muzani berkata, “Demi Allah aku tak tahu, mana di antara dua nikmat yang lebih utama atasku dan sobat semua, apakah nikmat ketika masuk (menelan) ataukah ketika keluar dari kita (membuang)? Berkata Al-Hasan, “Itu merupakan kenikmatan makan.”
Aisyah Radhiallaahu anha berkata, “Tidaklah seorang hamba yang meminum air bening, lalu masuk perut dengan lancar tanpa ada gangguan dan keluar lagi dengan lancar, kecuali wajib baginya bersyukur.”
Cara bersyukur
Ada kaya cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Syukur dengan Hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, kaya inginpun sedikit semata-mata sebab anugerah dan kemurahan Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
“Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah.” (QS. An-Nahl : 53)
Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut.
Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan da kasih adminng Allah sesampai kemudian terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-Nya.
2. Syukur dengan Lisan
Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah) Wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah).
Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah SWT. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allah SWT kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya.
Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagi istighraq, yang memiliki kandungan arti keseluruhan. Sesampai kemudian kata alhamdulillah memiliki kandungan arti bahwa yang paling berhak menerima pujian merupakan Allah SWT, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.
Oleh sebab itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allah SWT. Pada saat kita memuji seseorang sebab kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah SWT. Sebab, Allah merupakan pemilik segala kebaikan.
3. Syukur dengan Perbuatan
Syukur dengan perbuatan memiliki kandungan arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tak berlebihan untuk berbuat kebaikan.
Rasulullah saw menterangkan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya.” [HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr]
Maksud dari hadits di atas merupakan bahwa Allah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya.
Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dan sebagainya.
Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari sebab-Nya.
Allah SWT berfirman:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).”(QS. Adh-Dhuha : 11)
4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, bisniskan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan.
Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita merupakan menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.
Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman.
Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan sholat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa.
Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
وحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ – وَاللَّفْظُ لَهُ – حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، وَوَكِيعٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ[15]
Terjemah Hadits:
Rasulullah SAW bersabda: “lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tak meremehkan nikmat Allah atasmu.” (Muutafaq ‘Alaih)
Penterangan Hadits:
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang orang yang berada di bawah mereka, baik seputar bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya inginpun yang lain-lainnya.
Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka.
Sebaliknya Rasulullah SAW melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan cukup timbul persangkaan yang buruk kepada Allah SWT bahwa Dia tak memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat.
Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan dalam menjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.
Demikian penterangan tentang bersyukur kepada Allah yang dapat kami sampaikan. Semoga penterangan tersebut bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan.


Sumber artikel ini dari kisah viral
Berikut Alasan Penting Kenapa Kita Wajib Bersyukur Kepada Allah
4/ 5
Oleh